Kabupaten Buton Selatan atau disingkat Busel merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil pemekaran dari Kabupaten Buton pada pertengahan tahun 2014 menjelang akhir kepengurusan DPR RI periode 2009-2014. Alasan pemekaran kabupaten ini salah satunya karena akses yang menghambat pelayanan. Sejak pemekaran Kota Baubau pada tahun 2001, ibu kota Kabupaten Buton dipindahkan ke Pasarwajo.
Akses menuju Pasarwajo bagi masyarakat Buton Selatan harus melalui Kota
Baubau terlebih dahulu karena belum ada akses langsung dari wilayah
Buton Selatan ke Pasarwajo. Terlebih beberapa daerah di Buton Selatan
merupakan pulau-pulau yang terpisah dari Pulau Buton, seperti Pulau
Kadatua, Pulau Siompu, dan Pulau Batu Atas, pulau paling selatan di
Sulawesi Tenggara. Kabupaten Buton Selatan sebagian besar wilayahnya
terletak di Pulau Buton yang merupakan pulau terbesar di luar pulau
induk Kepulauan Sulawesi, atau pulau ke-130 terbesar di dunia.
Sejarah
Buton Selatan telah eksis sejak zaman Kerajaan dan Kesultanan Buton.
Dalam Undang-Undang Martabat Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni
undang-undang Kesultanan Buton pada masa Sultan Buton ke-4, disebutkan
daerah-daerah Kesultanan Buton. Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie
yang diduduki oleh 30 menteri dan 40 bobato. Sedangkan sisanya
menandakan kaum yang memegang pemerintahan di pusat. Dari 70 bagian
tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian besar yakni Pale Matanayo dan
Pale Sukanayo.
Di wilayah Pale Matanayo, Menteri Baluwu mengepalai Rongi, Sempa-Sempa,
Tambunaloko, dan Kaindea (Distrik Sampolawa) dan Kaoengkeongkea (Distrik
Pasarwajo) dengan nama kesatuannya Lapandewa. Selanjutnya Menteri
Ketapi di Busoa (Distrik Batauga), Lakina Tobe-Tobe di Tobe-Tobe
(Distrik Batauga), dan Lakina Batauga di Batauga (Distrik Batauga).
Di wilayah Pale Sukanayo, Menteri Peropa di Wabula dan Wasuemba (Distrik
Sampolawa), Warugana (Distrik Batauga), dan Ballo (Kabaena). Kemudian
Menteri Gama di Lipu, Kaufe, Kapea, dan Banabungi (di pulau Kadatua)
yang masuk pada Distrik Batauga dan Wakoko Distrik Pasarwajo. Menteri
Siompu di Biwina-pada, Molona, Kaimbulawa, dan Lontoi (terdapat di Pulau
Siompu) di Distrik Batauga. Selanjutnya Menteri Lantongau di Katokobari
(Distrik Mawasangka) dan Saumolewa (Distrik Sampolawa), Lakina Bola di
Lakulepa dan Rano (Distrik Batauga), Lakina Sampolawa di Katilombu
Uwe-bonto, dan Mambulu (Distrik Sampolawa), Lakina Kambe-Kambero
(Distrik Batauga), Lakina Labalawa (Distrik Batauga), Lakina Lawele di
Lawele (Distrik Batauga), dan Lakina Laompo di Laompo (Distrik Batauga).
Geografi
Batas Wilayah
Wilayah Kabupaten Buton Selatan berbatasan dengan:Utara | Kota Baubau dan Kabupaten Buton | ||||||
Timur | Kabupaten Buton dan Laut Flores | ||||||
Selatan | Laut Flores | ||||||
Barat | Laut Flores |
Kecamatan
- Kecamatan Batauga
- Kecamatan Sampolawa
- Kecamatan Lapandewa
- Kecamatan Batu Atas
- Kecamatan Siompu
- Kecamatan Siompu Barat
- Kecamatan Kadatua
Penduduk
Sebagaimana
halnya wilayah-wilayah lain bekas Kerajaan dan Kesultanan Buton, etnis
di Buton Selatan juga beragam. Sampai saat ini para ahli belum
mendapatkan kesepakatan berapa banyak sesungguhnya etnis yang ada di
Buton. Namun jika melihat kelompok besarnya, di Buton Selatan umumnya
didominasi etnis Ciacia dan sisanya Wolio.
Agama
Umumnya masyarakat Buton Selatan memeluk agama Islam.
Pekerjaan
Masyarakat Buton selatan berprofesi sebagai petani, nelayan, pelaut, pedagang, dan sebagian bekerja di sektor jasa lainnya.
Ekonomi
Pertanian dan Perkebunan
Produksi
hutan Buton Selatan adalah rotan jenis batang yang memiliki luas area
150 Ha dengan total produksi 85.604 dan nilai produksinya mencapai
34.241.200. Selain itu terdapat pula perkebunan pohon palm agel yang
digunakan sebagai salah satu bahan baku tali untuk dibuat menjadi aneka
kerajinan, salah satunya dibuat sebagai tas tangan Agel. Di mana tas
Agel ini merupakan salah satu cendera mata khas Sulawesi Tenggara.
Perikanan
Potensi
ekspor selain tambang yaitu ikan laut yang mencapai ± 41.168,52 ton
sehingga Kabupaten Buton Selatan merupakan jalur ikan terbesar di
Indonesia. Terdapat pula potensi budidaya rumput laut yang produksinya
mencapai ± 1.258,89 ton.
Pertambangan
Potensi
ekonomi di Kabupaten Buton Selatan secara utuh memiliki tujuh potensi
tambang yaitu mangan, uranium, nikel, aspal, pasir besi, marmer, dan
logam mulia yang sebagian sudah menjadi komoditi ekspor.
Pariwisata
Dari
sektor pariwisata, beberapa objek wisata baik wisata alam, sejarah
maupun budaya menjadi daya tarik tersendiri. Seperti beberapa benteng
bekas peninggalan Kesultanan Buton, adat dan tradisi masyarakat Ciacia,
beberapa pantai pasir putih, lanskap yang khas, serta keindahan bawah
laut Basilika (Batu Atas, Siompu, Liwutongkidi, dan Kadatua).
Energi
Potensi
sungai Sampolawa di Kecamatan Sampolawa dengan debit 5,40 kubik per
detik yang kapasitasnya mencapai 480,00 KW. Demikian maka keberadaan
sumber daya air sungai Sampolawa dapat dijadikan sebagai penopang
kebutuhan pasokan listrik bagi masyarakat dan pengembangan kawasan
industri bagi Kabupaten Buton Selatan.
Sumber: wikipedia.com
0 komentar:
Posting Komentar